Avicena Software Guru Fisika
Slamat datang di arief-dnp.blogspot.com Dalam blog ini kawan2 bisa download software2 secara gratis 100% tanpa dipungut biaya hehehehe semoga Blog ini bisa bermanfaat bagi kawan2 semua... selamat mencoba... Kritik dan Saran Anda adalah Semangat untuk Saya..
Rabu, 11 Januari 2012
ELECTRONICS WORKBENCH 5.12
Pada kesempatan kali ini saya akan bagi2 link download software fisika yang tentu agan2 udah pada tau atau bahkan udah punya dilepinya.
Yuupptzzzzz...!!!! ELECTRONICS WORKBENCH 5.12 . Software ini menurut saya sangat bagus and tentunya mudah digunainnya hehehe
Bagi agan2 yang mau nge-download bisa KLIK DISINI (Mediafire 13,68 MB)
Don't forget to coment ea (>.*)
Selasa, 10 Januari 2012
Tips menjadi guru yang disukai siswa
Siapa yang tidak mau menjadi guru yang disukai siswa. Semua guru sepertinya mengharapkan ini. Tapi tahukah anda bahwa semakin minta disukai siswa semakin jauh kita dari kriteria guru yang layak disukai siswa? jika disukai siswa menjadi tujuan kita sebagai guru tidak ada yang namanya profesionalisme lagi, yang ada hanyalah menuruti apa yang siswa mau dan inginkan, bahkan bila yang diinginkan sudah keluar jalur kegiatan belajar dan mengajar.
Menjadi guru yang disukai bukan perkara mudah tapi juga tidak sulit, saya pribadi pun masih dalam upaya untuk bisa disukai siswa. Namun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Berikut ini adalah caranya.
- Tidak terlalu banyak melaksanakan metode ceramah
- Memberikan contoh kepada siswa apa yang ia ingin siswa lakukan. Jika anda sebagai guru berharap siswa anda hormat pada anda, silahkan terlebih dahulu menjaga harga diri siswa anda di kelas.
- Jika marah atau kecewa pada siswa, berbicara lah pada mereka dan bukan berteriak.
- berbagi senyum tulus pada semua siswa. Siswa yang dicap sebagai anak yang ‘bermasalah’ akan luntur dan akan menyukai anda jika anda berikan senyum pada mereka.
- Memotivasi siswa dengan cara memotivasi dan bukan menyindir.
- Menggunakan humor pada tempat dan saat yang tepat.
- Mudah diajak berteman oleh siswa dan bukan menjadi teman siswa. Mudah diajak berteman artinya anda pihak yang pasif dalam berkomunikasi namun tetap dengan cara yang profesional. Berusaha menjadi teman siswa hanya akan menyulitkan situasi anda dikemudian hari.
- Penyabar dan menganggap semua siswa sedang berproses. Hindari meneruskan warisan guru lain dengan melanjutkan cap yang sudah diterima oleh siswa tertentu
Senin, 09 Januari 2012
Direct Force Sensing at the Piconewton Level
The measurement of mass can be carried out at the 10-21 (zeptogram) level (see PNU 725) and of force to the 10-18 newton (attonewton) level (Arlett et al., in Nano Letters, 2006). But for many measurements in the cell biology world, this is too much sensitivity. Forces in this realm are typically at the piconewton (10-12 newton) level. Examples include the force applied by the kinesin molecular motor protein to transport vesicles (6 piconewton), the force needed to unzip a DNA molecule at room temperature (9-20 piconewton), or the force needed to pull a DNA apart by pulling on opposite ends (65 piconewton).
Biophysicists need a cost-effective force sensor that works reliably in water at the piconewton level. Steven Koch and his colleagues at Sandia National Laboratories in Albuquerque, N.M., are well along on delivering the needed sensor. The core of the device is a spring one millimeter long but only a micron thick and is fabricated using a standard polysilicon micromachining process. This spring operates according to the classic experiment conducted by Robert Hooke in the 17th century: the force exerted on the spring equals the amount of the spring’s compression or extension multiplied by a spring constant, which in this case is about 1 piconewton per nanometer.
The spring, mounted on a substrate, can be used in a number of ways: it can be entrained to move with the push or pull of a biological sample or it can be made sensitive to magnetic fields and so function as a field sensor. The displacement of the spring is currently viewed by a video camera with precision of 2 nanometer, but faster and more precise methods are possible.
Koch (now at the University of New Mexico, skoch@chtm.unm.edu) says that the most likely applications of the new sensor will be in measuring forces on the kind of magnetic microspheres used in single-biomolecule experiments and to calibrate the electromagnets used in deploying microspheres in doing things such as stretch, twist, or unzip DNA. He also envisions direct mechanical force measurements, combined with other MEMS (microelectromechanical systems) implements, in biophysical experiments where optical tweezers (using laser beams to manipulate the microspheres attached to molecules) cannot be used.
The Sandia sensor could be adapted to apply an adjustable tension to single DNA molecules in order to study protein binding or enzymatic processes.
Source : www.aip.org
Biophysicists need a cost-effective force sensor that works reliably in water at the piconewton level. Steven Koch and his colleagues at Sandia National Laboratories in Albuquerque, N.M., are well along on delivering the needed sensor. The core of the device is a spring one millimeter long but only a micron thick and is fabricated using a standard polysilicon micromachining process. This spring operates according to the classic experiment conducted by Robert Hooke in the 17th century: the force exerted on the spring equals the amount of the spring’s compression or extension multiplied by a spring constant, which in this case is about 1 piconewton per nanometer.
The spring, mounted on a substrate, can be used in a number of ways: it can be entrained to move with the push or pull of a biological sample or it can be made sensitive to magnetic fields and so function as a field sensor. The displacement of the spring is currently viewed by a video camera with precision of 2 nanometer, but faster and more precise methods are possible.
Koch (now at the University of New Mexico, skoch@chtm.unm.edu) says that the most likely applications of the new sensor will be in measuring forces on the kind of magnetic microspheres used in single-biomolecule experiments and to calibrate the electromagnets used in deploying microspheres in doing things such as stretch, twist, or unzip DNA. He also envisions direct mechanical force measurements, combined with other MEMS (microelectromechanical systems) implements, in biophysical experiments where optical tweezers (using laser beams to manipulate the microspheres attached to molecules) cannot be used.
The Sandia sensor could be adapted to apply an adjustable tension to single DNA molecules in order to study protein binding or enzymatic processes.
Source : www.aip.org
dIRECT-sENSING sERVICES Electrical Conductivity, MIP and FFD
The number of direct-sensing technologies available to direct-push units has greatly increased in the last 10 years. S2C2 can now provide direct sensing services to determine chlorinated and non chlorinated VOCs and aromatic petroleum hydrocarbon impacts coupled with continuous soil lithology data. Direct-sensing requires competent proven operators and analysts to generate high quality data.
The experience and technological know-how gained through thousands of feet of direct-sensing sampling has been extremely valuable in interpreting data. Pattern recognition is a key component to interpreting direct-sensing data. Because of this experience S2C2 has been successful at mapping historic fill/native interfaces, confining units, potential contaminant preferential pathways, and metals contamination at numerous sites throughout the urban Northeast and Mid-Atlantic states.
All of S2C2’s direct-push units are capable of pushing the MIP®, FFD or Conductivity probes. Whether it requires a track mounted Geoprobe® 6620DT, a truck mounted Geoprobe® 6600 or 5410, or an ATV Bobcat® with Geoprobe®, S2C2 has the experience and tools to finish the job on-time in a variety of site conditions.
Advantages of Direct Sensing
• Obtain rapid VOC, Petroleum and lithologic information
• Provide “Real-Time” displays of depth, conductivity, and speed
• Determine thickness and lateral extent of lithologic units
• Limited soil sampling required to confirm log response
• No drill cuttings
• Construct detailed geologic cross sections
• Locate appropriate lateral and vertical placement of wells
• Target zones for injection of HRC®,ORC®, etc.
• Conductivity readings collected 20/secondfinish the job on-time in a variety of site conditions.
Source :www.s2c2inc.com
Senin, 26 Desember 2011
Tips Mengajar Fisika
Harus diakui, walau belum melakukan penelitian, fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak tidak disukai siswa, berbagai alasan bisa dikemukakan siswa, salah satunya ‘fisika itu susah dipahami’.
Sumber : www.dedekusn.com
Apapun alasan siswa tidak menyukai fisika, tetap fisika merupakan mata pelajaran wajib diikuti. Karenanya guru harus tetap semangat, terus berupaya agar siswa menyukai fisika, gunakan berbagai tips agar siswa menyukai fisika. Tanpa bermksud menggurui’ berikut beberapa tips bagi guru fisika agar tujuan pembelajaran tercapai :
- Menguasai materi. Ini salah satu kunci utama, sehebat apapun metode pembelajaran kalau gurunya tidak atau kurang menguasai materi hasilnya pasti tidak memuaskan.
- Menyajikan materi dengan metode pembelajaran yang mudah diterima siswa dan variatif. Hal ini memerlukan kejelian guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan variatif agar proses belajar mengajar tidak jenuhkan dan tidak monoton.
- Menciptakan suasana yang membuat image fisika seolah-olah sangat mudah. Bukan sebaliknya menakut-nakuti siswa, misal mengawali pembelajaran dengan perkataan: ‘materi ini pasti sulit dipahami, karena……’ hal ini bisa membuat siswa pesimis. Hindari!
- Tidak horor tegang dalam mengajar, upayakan selingi dengan humor tapi tidak berlebihan.
- Memahami kemauan siswa dalam belajar.
- Siap menerima kritikan dari siapapun, termasuk dari siswa.
- Siap untuk introspeksi diri.
Sumber : www.dedekusn.com
Membangun Budaya Guru Yang Berkarakter
Pak Arvan mengatakan bahwa menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Jadilan guru yang berkarakter dan bertanggungjawab 100 % terhadap apapun yang terjado dalam hidup dan pekerjaannya. Be Responsible dan berorientasi kepada action atau tindakan. Guru yang berkarakter selalu berorientasi kepada tindakan.
Setiap kali ada masalah, guru berkarakter menyelesaikannya dengan What dan Who. Dia berusaha untuk menjadi leader bagi dirinya sendiri. Selalu menunjuk ke dalam diri dan bukan seperti anak balita yang selalu menunjuk orang lain. What dan Who adalah pertanyaan terpenting para guru yang berkarakter.
Guru yang berkarakter tidak bertanya Why (kenapa), karena itu akar permasalahannya. Tidak juga berkata When (kapan), karena kita hanya menunggu. Contoh:
- Mengapa pihak sekolah tak memperhatikan kesejahteraan saya?
- Mengapa murid saya bekerja tidak sopan?
- Kapan sekolah akan lebih memperhatikan kesejahteraan saya?
- Kapan anak-anak di kelas saya menjadi disiplin?
Apa yang terjadi bila guru bertanya Who? Maka guru yang bersangkutan akan selalu mencari kambing hitam. Contohnya:
- Siapa yang membuat keributan di kelas?
- Siapa yang membocorkan soal ujian saya?
Dalam presentasi itu, Pak Arvan juga memutar video singkat tentang kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh adanya pohon yang roboh. Orang dewasa hanya sekedar ngomong, dan seorang anak kecil muncul mengambil tindakan untuk mendorong kayu itu ke pinggir. Karena tindakannnya itu, maka banyak orang yang membantunya, dan kemacetan itupun segera berakhir karena adanya tindakan cerdas dari seorang anak kecil.
Seorang guru yang berkarakter akan memperkecil jarak antara kapan mengetahui, dan kapan melakukan. Dia akan menghindari pemborosan waktu. Ketika dia tahu, maka dia akan segera melakukan.
Seorang guru yang berkarakter akan melakukan hal-hal penting karena dia merasa dirinya orang penting. Dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang tidak penting. Dia pandai memilih, mana yang penting dan maan yang tidak penting. Oleh karenanya, marah-marah, sellau protes, dan selalu mengeluh adalah bagian tidak penting yang sebaiknya dihindari.
Seorang guru berkarakter menggunakan pengaruh (influence) dan bukan kekuatan (power). Kelembutan hatiakan membuat orang melakukan perubahan. Dia akan seperti matahari yang tahu kapan harus menyinari dunia dengan cahayanya.
Seorang guru berkarakter memahami 5 level pemimpin, yaitu:
- Kekuatan (power/force)
- Ancaman (tread)
- Dikasih hadiah/iming-iming (libery)
- Pakai alasan/menjelaskan (reasonry)
- Hanya dengan permintaaan (pengaruh) atau simple Request
Seorang guru yang berkarakter mampu mengubah paradigma (mind set) , dan bukan perilaku. The power of paradigm yang terdiri dari melihat (see), mengerjakan (do), dan get.
Kredibilitas seorang guru tergantung dari apakah yang ia katakan sesuai dengan yang ia lakukan. Satu kata antara perkataan dan perbuatan. Semua itu dimulai dari diri sendiri atau Ibda’ bi nafsik. Guru berkarakter melayani peserta didiknya dengan sepenuh hati.
Sumber : www.wijayalabs.com
Minggu, 11 Desember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)