Senin, 26 Desember 2011

Membangun Budaya Guru Yang Berkarakter

Pak Arvan mengatakan bahwa menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Jadilan guru yang berkarakter dan bertanggungjawab 100 % terhadap apapun yang terjado dalam hidup dan pekerjaannya. Be Responsible dan berorientasi kepada action atau tindakan. Guru yang berkarakter selalu berorientasi kepada tindakan.
Setiap kali ada masalah, guru berkarakter menyelesaikannya dengan What dan Who. Dia berusaha untuk menjadi leader bagi dirinya sendiri. Selalu menunjuk ke dalam diri dan bukan seperti anak balita yang selalu menunjuk orang lain. What dan Who adalah pertanyaan terpenting para guru yang berkarakter.
Guru yang berkarakter tidak bertanya Why (kenapa), karena itu akar permasalahannya.  Tidak juga berkata When (kapan), karena kita hanya menunggu. Contoh:
  • Mengapa pihak sekolah tak memperhatikan kesejahteraan saya?
  • Mengapa murid saya bekerja tidak sopan?
  • Kapan sekolah akan lebih memperhatikan kesejahteraan saya?
  • Kapan anak-anak di kelas saya menjadi disiplin?
Apa yang terjadi bila guru bertanya Who? Maka guru yang bersangkutan akan selalu mencari kambing hitam. Contohnya:
  • Siapa yang membuat keributan di kelas?
  • Siapa yang membocorkan soal ujian saya?
Dalam presentasi itu, Pak Arvan juga memutar video singkat tentang kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh adanya pohon yang roboh. Orang dewasa hanya sekedar ngomong, dan seorang anak kecil muncul mengambil tindakan untuk mendorong kayu itu ke pinggir. Karena tindakannnya itu, maka banyak orang yang membantunya, dan kemacetan itupun segera berakhir karena adanya tindakan cerdas dari seorang anak kecil.
Seorang guru yang berkarakter akan memperkecil jarak antara kapan mengetahui, dan kapan melakukan. Dia akan menghindari pemborosan waktu. Ketika dia tahu, maka dia akan segera melakukan.
Seorang guru yang berkarakter akan melakukan hal-hal penting karena dia merasa dirinya orang penting. Dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang tidak penting. Dia pandai memilih, mana yang penting dan maan yang tidak penting. Oleh karenanya, marah-marah, sellau protes, dan selalu mengeluh adalah bagian tidak penting yang sebaiknya dihindari.
Seorang guru berkarakter menggunakan pengaruh (influence) dan bukan kekuatan (power). Kelembutan hatiakan membuat orang melakukan perubahan. Dia akan seperti matahari yang tahu kapan harus menyinari dunia dengan cahayanya.
Seorang guru berkarakter memahami 5 level pemimpin, yaitu:
  1. Kekuatan (power/force)
  2. Ancaman (tread)
  3. Dikasih hadiah/iming-iming (libery)
  4. Pakai alasan/menjelaskan (reasonry)
  5. Hanya dengan permintaaan (pengaruh) atau simple Request
Seorang guru yang berkarakter mampu mengubah paradigma (mind set) , dan bukan perilaku. The power of paradigm yang terdiri dari melihat (see), mengerjakan (do), dan get.
Kredibilitas seorang guru tergantung dari apakah yang ia katakan sesuai dengan yang ia lakukan. Satu kata antara perkataan dan perbuatan. Semua itu dimulai dari diri sendiri atau Ibda’ bi nafsik. Guru berkarakter melayani peserta didiknya dengan sepenuh hati.


0 komentar:

Posting Komentar

monggo ojo lali komentare yow Kang hehehehe